WEB BLOG
this site the web

TUTORIAL DESAIN GRAFIS

Selamat Menikmati Tutorial

+ Tips
Jika Mengalami Kesulitan Gunakan Search Engine Google Search

TUTORIAL PHOTOSHOP

DASAR + LAYOUT PHOTOSHOP + KETERANGAN
- Daftar Tutorial:
Page 2
Pemasangan dan Penggunaan Brush Photoshop Lengkap
Mengenal Resolusi Photoshop
Mengatur Ukuran Kanvas atau Lembar Kerja
Mengenal Style Pada Photoshop
Seleksi Objek pada Photoshop - Select - Deselect - Inverse
Penjelasan Tentang Plug-ins Photoshop

Page 1
Sekilas Penjelasan Tentang Layers Photoshop
Mengetahui Kinerja dan Keuntungan Clone Tool
Mengenal Custom Shape Tool
Membuat Gambar Dengan Pen Tool
Tutorial Membuat Gradien Background
Penjelasan dan Penguasaan Teknik Transform
Mempelajari dan Menguasai Teknik Croping
Cara Cepat Memisahkan Gambar Dari Background
Tutorial Memisahkan Gambar dari Background dengan Extract
Menggabungkan Gambar ke Dalam 1 Kanvas


TEKS EFEK
- Daftar Tutorial:

PAGE 2
Teks EFECT TEKS STONE

PAGE 1
Teks Terbakar - Fire Burning Text Effect
Teks Efek Creative Mistery
Teks Efek Fantasy Oceans Sky
Membuat Efek Api Pada Teks
3 d Teks Blue Arts
Text Effect 101 Dalmatians
Teks Puding Ubur - Ubur
Teks Berefek Bias Air
Tutorial Membuat Teks Efek Fill Gambar
Membuat Teks Reflektif


FOTO EFEK
- Daftar Tutorial:

PAGE 5
Foto Efek Mystery Horror
Foto Efek Refleksi Air
Efek POLAROIDS pada Foto
Bikin Foto Jerawatan Jadi Super Duper Mulus
Disappear Photo Effect

PAGE 4
Make Over Photo Without Plugin
Soft Effect dan Light Effect
Efek Foto Kobaran Api
Bikin Frame Photomu Sendiri
Efek PHOTO STRIP
Mengubah Gambar Menjadi Cartoon code:AIS
Photoshop Foto Efek Hantu
Photoshop : Membuat Kartun Efek Photoshop
Effect Blur Di Adobe Photoshop CS3
Memisahkan Foto dengan Quick Mask

PAGE 3
Membuat Chrome Frame Dengan Style Photoshop
Membuat SILHOUETTE
Membuat Efek Asap Pada Foto
Membuat Efek Foto 1000 Bayangan
Membuat Efek Foto Bias Pelangi
Membuat Gambar seperti teknik Manual Grayscale
Manipulasi Inject Tatoo Foto dengan Photoshop
Cantik Dalam Sekejap - Make Over Kamera HP
Foto Hitam Putih Menjadi Berwarna
Efek Foto Dual Colors Max

PAGE 2
Tutorial Foto Tua dan Efek Kuno
Menghilangkan Bagian Tertentu Wajah Anda
Gonta Ganti Warna Rambut Sesuka Hatimu
Efek Butiran - Butiran Air Membasahi Foto
Lighting Effect Pada Foto
Menghilangkan Jerawat Dengan Photoshop
Memanipulasi Gambar dengan LAYER MASK
Efek Rekaman Video Rusak pada Foto
Manipulasi Foto Menjadi Efek Kamera Infrared
Membuat Efek 3D kubus, lingkaran, tabung pada Foto

PAGE 1
Menambahkan Tulisan Berefek Komik Pada Foto
Membuat Foto Dengan Efek Biru Difuse Glow
Menghitamkan Warna Kulit
Merubah Foto Berwarna Menjadi Lukisan Kanvas Cat Air
Membuat Efek Venom
Membuat Efek Bayangan Lantai Pada Foto
Merubah Foto Berwarna Menjadi Sketsa Warna Pensil
Membuat Frame Photo Sederhana
Memutihkan Warna Kulit Pada Foto
Membuat Effect Sensor Pada Gambar


ALTERNATIF
- Daftar Tutorial:

Halaman 2
REALISTIC FIRE
Membuat Bola 3 Dimensi - Cristal Ball
Membuat Efek Sinar Petir
Membuat Efek Pusat Energi
Filter Noise dan Blur Memperhalus Gambar Hasil Scan
Kreatif Dengan Brush
Membuat Ukuran Kartu Nama
Membuat X-blue Ray Effect
Membuat Teksture Batu dengan Photoshop

Halaman 1
Membuat Efek Relief
Tutorial Membuat Corak ARMY
Bikin Banner Dengan Effect Starburst
Desain Logo Cantik Dengan STYLE
Membuat Kembang Api "LOVE"
Pembuatan Iklan Lucu
Membuat Monster Bawah Laut
Membuat Bola Cristal
Membuat Pengumuman Dilarang Merokok
Membuat dan Memanipulasi Air


TUTORIAL CORELDRAW

KATEGORI: CORELDRAW DASAR + LAYOUT CORELDRAW X3 + KETERANGAN
- Daftar Tutorial:
PAGE 2
Permasalahan Pencetakan / Dalam Mencetak

PAGE 1
Lens Effect Pada CorelDRAW
Export File Corel
Penjelasan Shortcut Keys CORELDRAW Lengkap
MenSCAN Gambar dengan CORELDRAW
Tips dan Trik Mengcopy Object dengan Cepat
Membuat Layout Halaman Majalah Efek Envelope
Mudahnya Tulisan 3d dengan Coreldraw
Efek Curl Page yang Mengesankan
Menguasai Teknik Transparansi Gambar
Menguasai Teknik Penggabungan dan Shaping


KATEGORI: CORELDRAW DESAIN LOGO
- Daftar Tutorial:

PAGE 2
Membuat Logo Carrefour
Membuat Logo TELKOMSEL
LOGO INDOSAT Dengan CorelDRAW
LOGO STARBUCKS
MEMBUAT LOGO IM3 Code: Amin

PAGE 1
MEMBUAT LOGO TELKOM Code: Amin
Desain Logo Wordpress Code: Amin
Logo Windows Vista Code: Arofat
Logo Sony Ericsson - code:Ervyn
Membuat LOGO UBUNTU
Membuat Kop Surat Perusahaan Dengan Corel Draw 12
Membuat Disain Logo WINDOWS MEDIA PLAYER
Membuat Logo FLASHDISTRO
Membuat Logo AMD Athlon
Membuat Logo SCTV


KATEGORI: CORELDRAW BEBAS
- Daftar Tutorial:

PAGE 2
Membuat efek MOZAIK
Membuat Undangan Simple dan Indah

PAGE 1
MEMBUAT DESAIN STEMPEL
Effect Stample CorelDRAW
Font PLAY - Bermain Dengan Font
Membuat Tulisan Efek CLIP
Corel : Membuat Peta 3 D
Invisible Text With Drop Shadow
Membuat USB Flash Disk dengan CorelDRAW
Mengubah Image Bitmaps Menjadi Vektor
Desain Kartu Nama Simpel nan Keren
Membuat Bola Nine Ball


TUTORIAL ILLUSTRATOR

KATEGORI: ILLUSTRATOR VECTOR
- Daftar Tutorial:
Ilustrasi Fashion Busana Wanita
Membuat Perangko Gratis dengan Illustrator
Membuat Robot dari Gelembung - Gelembung Lingkaran
Efek Teks 3 D illustrator
Tracing Foto Luna Maya


TUTORIAL FLASH ANIMATION

KATEGORI: MACROMEDIA FLASH
- Daftar Tutorial:
Animasi Shine - Mobil Mengkilap Bercahaya
Memasukkan dan Menyesuaikan Gambar dengan Stage
Membuat Animasi Sederhana dengan Permainan Keyframe
Dasar - Dasar Macromedia Flash


TUTORIAL WEB DESAIN

KATEGORI: DREAMWEAVER
- Daftar Tutorial:
Memasukkan Video Youtube ke Website
Memasukkan Animasi Flash Ke Dalam Website
Pengenalan Dreamweaver dan Layout

KATEGORI: MACROMEDIA FIREWORKS
- Daftar Tutorial:
Pengenalan Macromedia Fireworks


TUTORIAL DESKTOP PUBLISHING

KATEGORI: MACROMEDIA FREEHAND
- Daftar Tutorial:
File Freehand Tidak Minta Font
Pentingnya Mengunci Object Pada Freehand

KATEGORI: ADOBE InDesign
Pengenalan Adobe InDesign dan Layout


MICROSOFT GRAFIS

KATEGORI: MS. PAINT
- Daftar Tutorial:
Membuat Mangekyou Sharingan Milik Kakashi
Membuat Bola Mata Mangekyou Sharingan Milik Uciha Itachi
Membuat Boneka di MS Paint
Membuat Bola Mata Sharingan (Naruto) di Paint
Menggambar Kartun Anime / Manga di Paint
Membuka dan Mengedit Gambar dengan PAINT
Dasar - Dasar dan Layout Paint


KATEGORI: VISIO
- Daftar Tutorial:
Dasar - Dasar dan Layout Visio


3D ANIMASI dan ARSITEKTUR

KATEGORI: 3d Max Studio
- Daftar Tutorial:

PAGE 3
Ada Salju Di ilmugrafis
MODELING BANGKU KECIL
WARNA - WARNI Lampu NEON
ilmuGRAFIS SUPER SOCCER
Efek Volume Light 3D - Sorot Lampu
Membuat Neon Sign

PAGE 2
Membuat Pensil 3 Dimensi
Manfaat Yang Bisa Dibuat Dengan 3D
Bikin Cahaya 3D Lampu-mu Sendiri
Bikin Rumput 3 Dimensi
Membuat Kabut Pada Scene
Boolean VS Proboolean
Membuat Ketebalan Suatu Permukaan yang Mengikuti Arah Garis
Membuat Material Berpendar
Meshsmooth VS Turbosmooth
Menggabungkan Object 3D dengan Foto

PAGE 1
Membuat Background di 3dsMAX
Menghapus Object - Object yang Teranimasi
Membuat Pencahayaan Global Illumination (GI)
Membuat dan Menambahkan Background pada Viewport
Membuat Pigura dan Bingkai Lukisan atau Foto
Membuat Sendiri Background Awan Dengan 3DS MAX
Mengoptimalkan Jumlah Titik Pada Object 3 Dimensi
Keunggulan dan Feature 3D Animation Dengan 3ds Max
Melakukan Pembatalan Perubahan Arah Pandang Viewport
Merubah Tampilan Layout 3d MAX


KATEGORI: MAYA Unlimited
- Daftar Tutorial:
Penjelasan Tentang MAYA Unlimited

KATEGORI: AUTOCAD
- Daftar Tutorial:
Cara Mengambil Sudut Pandang 3D
Langkah Render pada Obyek Gambar 3 Dimensi
Cara Memberi Background Pada Obyek Gambar 3 Dimensi AutoCAD
Standar Ukuran Kertas dan Skala Internasional AutoCAD


FREEWARE DESIGN

KATEGORI: GIMP
- Daftar Tutorial:
Membuat Foto Efek Impian Blur Impact
GIMP Alternatif Pengganti Photoshop

Rumput Laut (Eucheuma cottonii)2

1.Aspek biologis rumput laut

a.Jenis atau spesies rumput laut

Klasifikasi Eucheuma cottonii

Rumput laut spesies Eucheuma cottonii mempunyai klasifikasi sebagai berikut :

Divisi: Rhodophyta

Kelas: Rhodophyceae

Sub kelas: Florideophycidae

Bangsa: Gigantinales

Suku: Solieraceae

Marga: Eucheuma

Jenis: Eucheuma Cottonii

Eucheuma alvarezii (Doty).

Kappaphycus alvarezii (Doty).

Spesies Kappaphycus alvarezii (Doty), merupakan nama yang telah diperbaharui dari Eucheuma alvarezii (Doty). Dinamakan demikian karena kandungan akhirnya adalah kappa karaginan, sedangkan Eucheuma cottonii adalah nama komersial dari Kappapycus alvarezii (Doty, 1986).

Morfologi Eucheuma cottonii

Dari segi morfologi rumput laut tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar, batang, dan daun. Bentuk tersebut adalah thalus belaka. Bentuk thalus belaka. Bentuk thalus rumput laut bermacam-macam, antara lain bulat, pipih, gepeng dan bulat seperti kantong, rambut dan sebagainya. Berdasarkan jumlah sel yang menyusunnya alga ini ada yang tersusun uniseluler (satu sel) atau multiseluler (banyak sel). Pada makro alga, jenis percabangan antara lain adalah pectinate (berderet searah pada thalus utama), pinnate (bercabag dua-dua sepanjang thalus utama secara berselang selang), ferticilate (cabangnya berpusat melingkari aksis atau sumbu utama) dan ada juga yang sederhana, tidak bercabang. Sifat substansi thalus juga beraneka ragam ada yang lunak seperti gelatin (gelatinous), keras mengandung atau diliputi zat kapur (calcerous), dan sebagainya. Untuk marga eucheuma thalusnya adalah bulat silinder atau gepeng, bercabang berselang tidak teratur, di atau tikotomous (DKP Banten, 2007).

Fase hidup rumput laut

·Skema perkembangbiakan rumput laut secara generatif

Rumput laut




Spora (n)Spora (n)

Tanaman Jantan (n)Tanaman Betina (n)

Spermatium (n)sel telur (n)

+

Zigote (2n)

Toleransi fisiologis rumput laut

·Suhu

Dalam budidaya suhu air laut atau temperatur air laut perlu diperhatikan, walaupun pengaruhnya tidak terlalu besar bagi rumput laut, temperatur yang baik bagi rumput laut Eucheuma cottonii ini adalah sekitar 23-280C dengan perbedaan suhu antara malam dan siang hari relatif kecil. Begitu pula didalam pemanenan rumput laut ini sebaiknya dilakukan pemanenan pada pagi hari atau sore hari karena akan berpengaruh pada kualitas bibit rumput laut itu sendiri.

·Ombak dan arus

Ombak dan arus dapat berpengaruh dalam kegiatan budidaya baik pengaruh baik maupun pengaruh buruk. Pengaruh baiknya yaitu rumput laut memerlukan ombak untuk membantu mempercepat masuknya zat-zat makanan kedalam tanaman dan pengaruh buruknya yaitu jika ombak terlalu besar maka akan merusak rumput laut tersebut, untuk mempermudah dalam pemanenan dianjurkan agar dilakukan ketika pasang terendah/ ketika ombak tidak terlalu besar.

·Organisme pengganggu

Lokasi budidaya sebaiknya dilakukan pada perairan yang tidak banyak terdapat organisme pengganggu seperti bulu babi, ikan baronang, penyu, teritip dan sebagainya karena organisme tersebut dapat bersifat hama bagi budidaya rumput laut dan dapat mempengaruhi kualitas bibit dan rumput laut itu sendiri.

·Jalur pelayaran

Budidaya rumput laut ini sebaiknya tidak dilakukan pada jalur pelayaran karena akan mengganggu aktifitas pelayaran dan dapat menimbulkan konflik dengan kepentingan lain serta akan menghambat dalam pendistribusian rumput laut khususnya jalur laut itu sendiri.

·Limbah industri

Dalam memilih lokasi budidaya sebaiknya agak jauh dari sektor industri karena dikhawatirkan akan mempengaruhi pertumbuhan rumput laut bahkan dapat menjadi racun bagi rumput laut itu sendiri. Tanda tanda kerusakan rumput laut terjadi pada tanaman ketika berusia satu bulan setelah masa tanam dan juga dapat berdampak pada kualitas rumput laut tersebut, rumput laut akan berwarna putih pucat kemudian rontok dengan sendirinya.

2.Tekhnik Pengepakan dan Pengangkutan bibit Rumput Laut

·Rumput lautyang dipanen dikelompokkan berdasarkan jenis dan ukuran.

·Rumput laut dibersihkan dengan menggunakan air laut yang bersih, yang rusak dan kotoran (pasir) dipisahkan sebelum pengepakan.

·Pengepakan dilakukan dengan menggunakan karung, karung yang digunakan sebaiknya diberi lubang agar tidak terjadi lembab yang akan menyebabkan rumput laut itu rusak.

·Pengepakan dan pengangkutan dilakukan dengan hati-hati agar rumput laut tidak rusak.

·Pengangkutan rumput laut dari lokasi budidaya dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan, jauhkan dari benda-benda yang tajam.

·Apabila harus ditumpuk, penumpukan rumput laut tidak lebih dari 3 tumpuk hal ini bertujuan agar rumput laut mempunyai ruang gerak udara, hal ini juga dilakukan ketika berada pada alat transportasi karena selain akan berlebihan muatan rumput laut pun akan rusak.

·Dilakukan dengan menggunakan kendaraan yang terbuka seperti truck, pickup dsb.

·Jika perjalannya jauh lebih dari 10 jam rumput laut disiram dengan air laut agar rumput laut tetap lembab/ tidak kering.

·Ketika dalam pengangkutan sebaiknya ditutup dengan menggunakan terpal atau sejenis lainnya agar terhindar kontak langsung dengan sinar matahari, air tawar, air hujan, embun, minyak dan kotoran lainnya maka akan berakibat rusaknya rumput laut.

·Ketika sampai pada lokasi budidaya sebaiknya rumput laut tersebut dikeluarkan dari karung dan disiram air laut atau dimasukkan kedalam jaring kemudian direndam dalam laut.

·Sebaiknya segeralah untuk ditanam pada lokasi budidaya.

3.Kelebihan dan kelemahan dalam proses pengangkutan

a.Keuntungan :

üAngkutan Darat : Pengangkutan dapat dilakukan dalam jumlah besar, biayanya lebih murah, dapat dilakukan kapan saja

üAngkutan Udara : Jaraknya jauh, cepat dan aman

üAngkutan Laut : mudah, murah dan dapat dalam jumlah besar, jaraknya jauh

b.Kerugian:

üAngkutan Darat : Mudah mengalami kerusakan, jaraknya tempuh dekat

üAngkutan udara : jumlahnya pengirimannya kecil dan biayanya besar dan harus disesuaikan jadwal dan tujuan penerbangan, administrasinya panjang

üAngkutan laut :perahu khusus, waktunya lama, mudah mengalami kerusakan

c.Kendala :

üRumput laut tidak dapat bertahan lama dalam perjalanan

üKondisi suhu pengangkutan tidak stabil

üKerusakan bahkan kematian

üJumlah yang kecil

4.Kegiatan fisiologis dan lingkungan dalam pengangkutan rumput laut

·Diusahakan pemanenan Eucheuma cottonii pada waktu sore hari hingga malam hari hal ini bertujuan untuk menghindari panas cahaya matahari.

·Usahakan ketika waktu pemanenan tidak dalam keadaan hujan karena akan menurunkan kualitas rumput laut tersebut.

·Pemberian es batu bertujuan untuk menurunkan suhu ketika berada di dalam boxstryfoam (jika menggunakan)

·Usahakan setelah dipanen jangan terlalu lama disimpan karena rumput laut akan busuk/mengering.

·Rumput laut yang sudah dipanen dibersihkan sebelum dilakukan pengepakan ini bertujuan untuk menghilangkan lumut/teritip dan rumput laut yang rusak pada rumput laut Eucheuma cottonii.

·Diusahakan pengepakan pada bibit rumput laut jangan terlalu padat karena akan merusak kualitas rumput laut tersebut.

·Sebaiknya bibit tetap lembab atau basah agar kandungan air pada rumput laut tersebut tetap terjaga.

·Jika menggunakan karung sebaiknya karung tersebut diberi lubang udara agar sirkulasi udara lancar dan rumput laut tersebut tidak busuk

5.Saran dan rekomendasi

a.Bibit rumput laut di daerah ini adalah jenis bibit rumput laut yang berasal dari maumere.

b.Bibit ini sebagai bibit percontohan yang akan didistribusikan di daerah Bali, Sulawesi, NTB, NTT dan sekitarnya.

c.Bibit tersebut adalah bibit persilangan antara bibit tambalang dengan cottonii lokal yang kandungan karagenan tinggi.

Rumput laut

Codium Fragile

Rumput laut atau gulma laut merupakan salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Rumput/gulma laut merupakan terjemahan langsung dari seaweed.

Yang dimaksud sebagai rumput laut adalah anggota dari kelompok vegetasi yang dikenal sebagai alga ("ganggang"). Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Rumput laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati. Beberapa daerah pantai di bagian selatan Jawa dan pantai barat Sumatera, rumput laut banyak ditemui hidup di atas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak. Di pantai selatan Jawa Barat dan Banten misalnya, rumput laut dapat ditemui di sekitar pantai Santolo dan Sayang Heulang di Kabupaten Garut atau di daerah Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang. Sementara di daerah pantai barat Sumatera, rumput laut dapat ditemui di pesisir barat Provinsi Lampung sampai pesisir Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam.

Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis rumput laut juga banyak dibudidayakan oleh sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan di antaranya adalah Euchema cottonii dan Gracilaria spp. Beberapa daerah dan pulau di Indonesia yang masyarakat pesisirnya banyak melakukan usaha budidaya rumput laut ini di antaranya berada di wilayah pesisir Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi Kepulauan Riau, Pulau Lombok, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Jurnal Rumput Laut (Eucheuma cottonii)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Laju Pertumbuhan
Hasil uji statistika menunjukkan
bahwa konsentrasi larutan bionik serta
interaksinya dengan lama perendaman tidak
memberikan perbedaan yang nyata terhadap
laju pertumbuhan rumput laut. Akan tetapi,
lama perendaman bibit rumput laut dalam
larutan pupuk bionik memberikan perbedaan
yang nyata terhadap laju pertumbuhan rumput
laut (tabel 1 dan gambar 1).
Dari tabel 1 terlihat bahwa laju
pertumbuhan rumput laut yang tertinggi
terdapat pada perlakuan lama perendaman 6
jam sekalipun tidak berbeda nyata dengan
perlakuan lama perendaman 4 jam, sedangkan
laju pertumbuhan terrendah terdapat pada
perlakuan lama perendaman selama 2 jam.
Semakin lama rumput laut direndam
dalam larutan pupuk bionik maka semakin
tinggi laju pertumbuhan rumput laut yang
diperoleh. Hal ini disebabkan semakin lama
dilakukan perendaman maka daya serap bibit
rumput laut terhadap larutan semakin tinggi.
Seperti diketahui bahwa larutan pupuk bionik
mengandung sejumlah nutrisi dan hormon
tumbuh tanaman (auxin, gibberelin, dan
cytokinin) sehingga dengan lamanya waktu
perendaman bibit rumput laut dalam larutan
pupuk bionik berarti semakin banyak pula
nutrisi dan hormon tumbuh tanaman yang
diserap oleh bibit rumput laut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
lama perendaman 6 jam sudah dapat
memberikan laju pertumbuhan sebesar 6,06%.
Diduga bahwa dengan perendaman 6 jam bibit
rumput laut sangat efektif dalam menyerap
nutrisi pada larutan bionik.
Diketahui bahwa semua jenis tanaman
sangat memerlukan adanya unsur hara, baik
unsur hara makro maupun unsur hara mikro.
Dalam larutan pupuk bionik tersedia sebanyak
dua puluh satu unsur-unsur hara (makro dan
mikro) yang mana unsur-unsur tersebut
diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Mul
Mulyani Sutejo (2002) mengemukakan bahwa
selama pertumbuhan, tanaman memerlukan
enambelas (16) unsur hara esensial (makro
dan mikro). Jika salah satu unsur tidak
tersedia maka dapat menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman
serta produktivitasnya terhambat.
Hal lainnya diduga bahwa peran
hormon tumbuh seperti auxin, gibberelin, dan
cytokinin yang terdapat dalam larutan pupuk
bionik dan terserap dengan baik selama proses
perendaman, akan mempercepat proses
pertumbuhan dan perkembangan bibit rumput
laut. Sebagaimana dikatakan oleh Parnata
(2004) bahwa fungsi auxin adalah
mempercepat pembentukan dan perpanjangan
batang, menaikkan tekanan osmosis,
meningkatkan permeabilitas sel terhadap air,
meningkatkan sintesis protein, meningkatkan
plastisitas dan pengembangan dinding sel,
yang kesemuanya merupakan penunjang
dalam perkembangan tanaman. Selanjutnya
dikatakan bahwa gibberelin adalah hormon
tumbuh yang berfungsi membantu proses
enzimatis untuk mengubah pati menjadi gula
yang selanjutnya digunakan sebagai sumber
energi untuk pertumbuhan, sehingga
pertumbuhan berlangsung cepat. Di samping
itu, hormon tumbuh lainnya yakni Cytokinin
(Zeatin) berperan dalam memacu proses
pembelahan sel dan pembentukan organ.
Fungsi hormon tumbuh yang ada pada
larutan pupuk bionik ini diduga berperan juga
pada tanaman rumput laut. Hal ini terlihat dari
33
percepatan pembentukan tunas-tunas baru
pada rumput laut sehingga pertumbuhan yang
dihasilkan semakin cepat pula.
Hasil percobaan ini menunjukkan
bahwa pemberian pupuk bionik mampu
meningkatkan laju pertumbuhan rumput laut
sebesar 6,06% (gambar 1), sementara laju
pertumbuhan rumput laut dengan
menggunakan air kelapa muda hanya
mencapai 4,8% (Safia, 2005).
Dengan rata-rata laju pertumbuhan
sebesar 6,06% yang dihasilkan dari percobaan
ini berarti rumput laut sudah dapat dilakukan
pemanenan lebih singkat atau pada hari
keduapuluh satu bahkan di bawah hari
keduapuluh setelah tanam, sebab berat rumput
rumput laut yang dihasilkan sudah mencapai
5,6 kali dari berat semula. Pada akhir
percobaan (hari ke 35) berat rumput laut yang
dihasilkan sudah mencapai 7,9 kali dari berat
semula. Sebagaimana dikatakan oleh Sulitijo
(1985) bahwa dengan laju pertumbuhan berat
2% per hari dalam waktu 35 hari sudah dapat
dilakukan panenan, karena ukuran tanaman
sudah mencapai dua kali lipat tanaman
semula. Laju pertumbuhan 3% per hari, panen
dapat dilakukan lebih cepat lagi yaitu sekitar
25 hari, sedangkan laju pertumbuhan 4% per
hari panen dapat dilakukan setelah 20 hari.
Dalam percobaan ini, pemberian
pupuk cair bionik mampu meningkatkan
bobot rumput laut sebesar 7,9 kali lebih besar
dari bobot semula dengan waktu panen 5
minggu atau peningkatan bobot sebesar 5,6
kali lebih besar dari bobot awal jika dipanen
pada usia 3 minggu setelah tanam. Dengan
masa panen yang lebih singkat (dua puluh
satu hari) produksi rumput laut mampu
mencapai angka 2,7 ton / Ha dengan asumsi
bahwa berat bibit yang digunakan adalah 300
g per tanaman atau mengalami peningkatan
sebesar 35% dari produksi yang dicapai petani
di Kota Bau-Bau selama ini. Kurva laju
pertumbuhan rumput laut selama lima minggu
percobaan (gambar 1).
Pada gambar 1 terlihat bahwa laju
pertumbuhan tertinggi diperoleh dari
perlakuan lama perendaman 6 jam dalam
konsentrasi larutan pupuk bionik 150 cc / L
air laut (a3b3). Sedangkan laju pertumbuhan
terrendah diperoleh dari perlakuan konsentrasi
larutan 50 cc / L air laut selama 2 jam (a1b1).
Terlihat pula bahwa pada minggu pertama
setelah tanam, rumput laut telah menunjukkan
pertumbuhan yang relatif tinggi dan mencapai
puncak pada minggu kedua setelah tanam.
Setelah itu cenderung mengalami penurunan
laju pertumbuhan setelah minggu ketiga,
keempat, dan kelima setelah tanam. Untuk itu,
dalam rangka penyediaan bibit, maka rumput
laut yang diberi pupuk cair bionik sudah dapat
dipanen pada minggu kedua setelah tanam
dengan bobot yang telah mencapai 3,94 kali
dari bobot awal tanaman.
Berat Akhir Rumput Laut
Hasil uji statistika menunjukkan
bahwa konsentrasi dan lama perendaman bibit
rumput laut dalam larutan pupuk bionik serta
interaksinya menunjukkan pengaruh yang
nyata terhadap berat akhir rumput laut (tabel
2).
Pada tabel 2 terlihat bahwa berat
rumput laut yang tertinggi terdapat pada
perlakuan konsentrasi larutan pupuk bionik
150 cc dalam 1 liter air laut selama
perendaman 6 jam, sedangkan berat terrendah
terdapat pada perlakuan konsentrasi larutan
bionik 50 cc / L air laut selama perendaman 2
jam.
Semakin tinggi konsentrasi larutan
bionik maka semakin tinggi bobot rumput laut
yang diperoleh. Demikian pula semakin lama
perendaman bibit rumput laut dalam larutan
bionik maka semakin tinggi bobot rumput laut
yang diperoleh.
Hal ini disebabkan semakin lama dan
semakin tinggi konsentrasi larutan pupuk
bionik dalam larutan perendam maka daya
serap bibit rumput laut terhadap larutan
semakin tinggi. Seperti diketahui bahwa
larutan bionik mengandung sejumlah nutrisi
dan hormon tumbuh tanaman sehingga
dengan tingginya konsentrasi larutan bionik
yang diberikan dan semakin lama perendaman
yang dilakukan berarti semakin banyak pula
nutrisi dan hormon tumbuh tanaman yang
diserap oleh bibit rumput laut. Oleh karena
itu, terjadi kecenderungan pada bibit rumput
untuk melakukan aktifitas pertumbuhan yang
lebih baik dan lebih cepat. Hal ini terlihat
pada perlakuan konsentrasi 150 cc / L air
dengan waktu perendaman 6 jam di mana
perlakukan ini memberikan respon
34
pertumbuhan terbaik dibandingkan dengan
perlakuan yang lainnya.
Tersedianya sejumlah unsur hara pada
larutan pupuk bionik yang diserap oleh bibit
rumput laut akan membantu kekurangan unsur
hara yang disediakan oleh perairan sebagai
lingkungan tumbuh alaminya. Ketersediaan
dan keseimbangan unsur hara sangat
membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Larutan bionik
mengandung Nitrogen 6,3%, K2O 6,07%,
P2O5 2,72%, sejumlah asam-asam organik,
dan hormon tumbuh tanaman (Auxin,
Gibberelin, dan Cytokinin). Dengan
kandungan hara yang cukup maka dapat
digunakan sebagai unsur pembentuk klorofil
dalam proses fotosintesis. Aktifitas
fotosintesis selanjutnya akan menghasilkan
sejumlah bahan-bahan dasar seperti glukosa
dan bahan lainnya sebagai pembentuk
jaringan dan peningkatan biomassa. Di
samping itu, hormon tumbuh yang ada pada
larutan pupuk bionik akan memacu proses
pembelahan sel-sel dan menghasilkan
jaringan-jaringan baru berupa tunas-tunas
muda. Sebagaimana diketahui bahwa
beberapa fungsi auxin, gibberelin, dan
cytokinin adalah merangsang pembelahan sel
sehingga mempercepat proses pertumbuhan
bagian-bagian tanaman yang secara
keseluruhan memacuh pertumbuhan tanaman,
merangsang mobilisasi nutrisi, dan
merangsang pembentukan tunas-tunas baru.

Eucheuma cottonii

Rumput laut (seaweed) atau yang lebih dikenal dengan ganggang merupakan organisme autotrof yang hidup di perairan. Struktur rumput laut tidak dapat dibedakan antara daun, batang dan akar. Keseluruhan tubuh rumput laut disebut thallus dengan bentuk yang bervariasi tiap spesiesnya. Rumput laut juga melakukan fotosintesis seperti halnya tumbuhan autotrof di darat. Rumput laut memiliki berbagai jenis pigmen dalam kloroplasnya sehingga panjang gelombang cahaya yang diserapnya pun lebih bervariasi
Selain berperan dalam fotosintesis, pigmen pada rumput laut juga memberikan warna thallus, sehingga pigmentasi thallus dijadikan suatu dasar klasifikasi rumput laut. Rumput laut mengandung klorofil a, b, c, karotenoid dan juga khromatofor lain seperti, fikooxantin, fikoeritrin dan lain-lain (Sze, 1998). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli, selain berpean dalam proses fotosintesis bagi organisme autotrof, klorofil dan karotenoid juga berperan bagi manusia.
Beberapa penelitian masa kini telah membuktikan bahwa klorofil mengandung zat antiperadangan, antibakteri, antiparasit, antioksidan dan zat-zat berkhasiat obat lainnya. Kerotenoid yang berada dalam rumput laut juga berperan sebagai antioksidan yaitu zat yang berfungsi memerangi radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Kurnia, 2005).
Eucheuma cottonii merupakan spesies rumput laut yang banyak dibudidayakan di perairan Indonesia. Hal tersebut dikarenakan manfaat pikokoloidnya yang besar yaitu karaginan dan agar serta teknik budidayanya yang relatif mudah dan murah. Eucheuma cottonii merupakan rumput laut merah (Rhodophyta) yang kaya akan pigmen fotosintesis dan pigmen aksesoris lainnya, yaitu klorofil a, α-karoten, β-karoten, fikobilin, neozantin dan zeanthin (Luning, 1990). Penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa kandungan pigmen dipengaruhi oleh logam dan mineral esensial dan non esensial.
Logam dan mineral hampir selalu ditemukan dalam air tawar ataupun air laut. Masuknya logam berat seperti Hg (merkuri), Pb (timbal), Zn (seng), Cd (kadmium) dan logam berat lainnya dalam perairan laut dengan konsentrasi yang berlebih dapat memberikan efek toksik bagi organisme laut baik hewan ataupun tumbuhan. Pb dan Cd merupakan logam berat yang beracun dan merupakan unsur non esensial bagi kehidupan organisme khususnya rumput laut. Rumput laut mengakumulasi logam berat dari lingkungan perairan tempat hidupnya (Lamai, dkk. 2005).
Berdasarkan Silvanindya (2003), terungkap bahwa Eucheuma cottonii yang dibudidayakan di perairan Situbondo mengakumulasi Pb dengan konsentrasi rata - rata berkisar antara 0, 19 – 0, 94 ppm. Hal ini menyebabkan laju pertumbuhan Eucheuma cottonii menurun. Logam berat yang terdapat di perairan dapat diserap dan terakumulasi dalam thallus rumput laut. Pada prinsipnya logam berat mempengaruhi tumbuhan dengan cara mengganti kedudukan ion – ion esensial dalam sel. Dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa beberapa spesies rumput laut bermanfaat dalam menyerap logam berat sehingga kandungan logam berat yang mencemari badan perairan dapat pindah atau masuk dalam thallus rumput laut. Logam berat dapat mengacau sistem metabolisme dan menurunkan produktifitas rumput laut. Akumulasi logam berat dipengaruhi oleh lama pemaparan. Hal ini dapat menyebabkan semakin lama pemaparan maka semakin banyak logam berat khususnya Pb yang terakumulasi dalam thallus.
Dengan mengetahui manfaat pigmen dan pengaruh logam berat terhadap metabolisme rumput laut maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh PbCl2 dan lama pemaparan terhadap pigmen klorofil dan fikoeritrin Eucheuma cottonii
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh PbCl2 dan lama pemaparan terhadap kandungan pigmen klorofil dan fikoeritrin Eucheuma cottoni.
Penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa Eucheuma cottonii merupakan rumput laut yang memiliki kemampuan untuk mengakumulasi Pb dalam thallusnya. Timbal menyebabkan penurunan kandungan klorofil dan fikoeritrin. Semakin besar konsentrasi Pb media dan semakin lama pemaparan maka semakin besar Pb yang terakumulasi dan semakin sedikit kandungan klorofil dan fikoeritrin thallus E. cottonii. Pengaruh tertinggi Pb terhadap klorofil dan fikoeritrin terjadi pada konsentrasi Pb media 0,1 ppm pada 7 hari pemaparan yaitu sebesar 95,30 mg/kg untuk klorofil dan kandungan fikoeritrin sebanyak 53,45 mg/kg.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000. Australian and New Zealand Guidelines for Fresh and Marine Water Quality. Aquatic Ecosys Vol 2. Bab 8. www.deh.gov.au/water/quality/n wqms/pubs/volume 2-8-2,pdf. Diakses tanggal 5 Mei 2006

Annonim. 2001. Hasil Penelitian Laboratorium Monitoring Lingkungan. Balai Riset dan Standarisasi Perdagangan dan Industri, Surabaya

Annonim. 2002. Plant Resources of South East Asia 15, Cryptogams: Algae. Prosea, Bogor

Annonim. 2005. Standar Operasional Prosedur. Balai Riset dan Standarisasi Perdagangan dan Industri, Surabaya

Annonim. 2005. Fotosintesis. http://id.wikipedia.org/wiki/Fotosintesis. diakses 12 Nopember 2005

Ariyza. I. S. 2005. Phycocyanin Dari Mikroalga Bernilai Ekonomis Tinggi Sebagai Produk Industri. Oseana, vol XXX, no 3, hal 27-36

Aslan, L. M..1998. Budidaya Rumput Laut. Kanisius, Yogyakarta

Atmadja, W. 1996.Pengenalan Jenis Alagae Merah (Rhodophyta). Pengenalan Jenis Jenis Rumput Laut Indonesia. Atmadja, W. S., A, Kadi., Sulistijo dan Rahmaniar (Edd). Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta

Benavides. M. P., Susana. M. G., Maria. L. T. 2005. Cadmium Toxicity Plant. Brazilian Journal of Plant Physiology, vol XVII no 1.

Bregman, A. 1996. Laboratory Investigation In Cell and Molecular Biology. John Wiley and Sons, New York

Bryan, G. W. 1976. Some Aspects Of Heavy Metal Tolerance In Aquatic Organisms. Effect of Pollutans on Aquatic Organisms. Lockwood. A. P. M. (edd). Cambridgr University Press, England

Connel, D. W dan Miller. G. J. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Universitas Indonesia Press, Jakarta

Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Universitas Indonesia Press, Jakarta
Dawes. J. C. 1981. Marine Botany. John Wiley and Sons, New York



Edward dan Z, Tarigan. 1987. Pengamatan Pendahuluan Kadar Pb, Cd, Cu dan Zn Dalam Air dan Biota di Teluk Ambon. Teluk Ambon Biologi, Perikanan, Oseanografi dan Geologi. Balai Penelitian Pengembangan Sumber Daya Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, LIPI, Ambon

Gasperz, V. 1991. Metode perancangan percobaan. Armico. Bandung.

Graham, L. E. dan Lee. W. W. 2000. Algae. Prentice Hall, United State of America

Granbom, M dan Marianne, P. 1999. Carbon acquisition strategies of the red alga Eucheuma denticulatum, artikel online, http//:www.springerlink.com, diakses tanggal 28 Februari 2006

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung

Indriani, H. dan Emi, S. 1992. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta

Jones, A. B. 1994. Influence of Nitrogen Source and Availability on Amino Acids, Pigments and Tissue Nitrogen of Gracilaria edulis (Rhodophyta). Tesis. University of Queensland, Australia.
www.marine.uq.edu.au/marbot/people/pdf/jones_honours_thesis_1994. diakses tanggal 10 Oktober 2005.

Kadi, A dan Wanda, A. 1988. Rumput Laut (Algae) Jenis, Reproduksi, Produksi, Budidaya dan Pasca Panen. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta

Kovacs, M. 1992. Biological Indicators in Enviromental Protection. Ellis Horwood Limited, England

Kurnia, K. 2005. Richard Martin Willstatter Anak Penjual Tekstil Penemu Klorofil. http://www.pikiran-rakyat.com. Diakses tanggal 20 Nopember 2005

Lamai, C., Maleeya. K., Prayad. P., E. Suchart.U. dan Varasaya. S. 2005. Toxicity and Accumulation of Lead and Cadmium In The Filamenous Green Algae Cladopora fracta (O. F. Muller ex Vahl) Kutzing : A Laboratory Study. Scienceasia.Vol 31, hal. 121-127. http://www.scienceasia.tiac.or.th/PDF/ vol 31/v31_121_127.pdf. diakses tanggal 15 September 2005

Luning, K. 1990. Seaweed Their Environment, Biogeography and Ecophysiology. John Wiley and Sons, New York

Majangkun, J. S. 1999. Kajian Kepelbagaian Alga Marin di Perairan Pantai Lido Johor. Pkukmweb.ukm.my/~ahmad/botani/jenifer.htm diakses tanggal 15 September 2005

Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta

Pinto. E., T. C. S. S. Kutner., M. A. S. Leitao., O. K. Okamoto., D. Morse dan P. Colapcalo. 2003. Heavy Metal Induced Oxidative Strees in Algae. Journal Phycol, vol 39, hal 1008-1018

Romimohtarto, K. 1985. Kualitas Air Dalam Budidaya Laut. Seafarming Workshop Report. Bandar Lampung.
www.fao.org/docrep/field/AB882E13.htm diakses tanggal 2 Agustus 2005

Sedana, I. G., Jack S.D.. Soehardi P. dan Nugroho A. 1985. Uji Coba Budidaya Rumput Laut di Plot Farm. http://www. fao.org/docrep/field.htm

Sharma. P dan Rama. S. D. 2005. Lead Toxicity in Plant. Brazilian Journal of Plant Physiology, vol XVII no 1.

Silvanandya. 2003. Studi Kandungan Logam Berat Pb Dalam Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Hasil Budidaya di Perairan Situbondo. Skripsi. Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Sulistijo. 1996. Perkembangan Budidaya Rumput Laut di Indonesia. Pengenalan Jenis Jenis Rumput Laut Indonesia. Atmadja, W. S., A, Kadi., Sulistijo dan Rahmaniar (Edd). Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta

Sze, P. 1998. A Biology of The Algae. McGraw Hill, New York

Triquet, C. A., D. Pain., G. Mouvais dan L. Pinault. 1992. Lead Poisoning in Water Fowl, Impact of Heavy Metal on The Environmental. J. P. Vernet (Edd). Elsevier, Netherland

Walpole, R. E dan Raymond. H. M. 1995. Ilmu Peluang Dan Statistika Untuk Insinyur Dan Ilmuan. Penerbit ITB, Bandung

Wong, M. K dan W. L. Tani. 1999. ASEAN Marine Water Quality Criteria For Lead. Marine Environment Division, Water Quality Management Bureau, Pollution Control Department, Singapore
 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies